GHG, Carbon Credit, PROPER

Kaitan GHG, Carbon Credit, dan PROPER: Sinergi untuk Masa Depan di Lingkungan yang Berkelanjutan

Perubahan iklim adalah tantangan global yang menuntut solusi kolektif. Gas rumah kaca (Greenhouse Gas/GHG), seperti karbon dioksida (CO₂), metana (CH₄), dan nitrogen dioksida (N₂O), merupakan penyebab utama pemanasan global akibat aktivitas manusia, seperti pembakaran bahan bakar fosil dan deforestasi. Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah yang tidak hanya efektif dalam menurunkan emisi tetapi juga mendorong inovasi, salah satunya adalah mekanisme carbon credit. Carbon credit memungkinkan perusahaan atau individu yang mampu mengurangi emisi menghasilkan sertifikat pengurangan karbon yang dapat diperdagangkan. Skema ini tidak hanya memberikan insentif ekonomi tetapi juga mendukung proyek hijau, seperti reboisasi dan pengembangan energi terbarukan, yang berkontribusi pada pengurangan emisi global.

Upaya Memperkuat GHG, Carbon Credit, PROPER

Di Indonesia, upaya ini diperkuat oleh Program Penilaian Peringkat Kinerja Perusahaan (PROPER) yang dikelola oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Program ini menilai kinerja perusahaan dalam pengelolaan lingkungan, termasuk pengelolaan emisi GHG, dengan peringkat mulai dari emas (terbaik) hingga hitam (terburuk). Perusahaan yang berhasil mengurangi emisi atau memanfaatkan carbon credit untuk mengimbangi jejak karbon mereka memiliki peluang lebih besar mendapatkan peringkat PROPER yang tinggi. PROPER tidak hanya menjadi alat pemantau, tetapi juga motivator bagi perusahaan untuk terus meningkatkan praktik lingkungan mereka. Adapun kriteria pemeringkatan PROPER adalah sebagai berikut.

Kategori Penilaian PROPER:

1. Emas: Perusahaan yang menunjukkan keunggulan dalam pengelolaan lingkungan dan memberikan dampak positif bagi masyarakat.

2. Hijau: Perusahaan yang melebihi standar pengelolaan lingkungan.

3. Biru: Perusahaan yang memenuhi standar minimum.

4. Merah: Perusahaan yang belum memenuhi standar.

5. Hitam: Perusahaan yang mencemari lingkungan secara signifikan.

Keterkaitan Antara GHG, Carbon Credit, dan Proper

Keterkaitan antara GHG, carbon credit, dan PROPER menciptakan sinergi dalam upaya mencapai keberlanjutan. GHG adalah akar masalah yang harus dikelola, carbon credit menjadi mekanisme pasar yang fleksibel untuk pengurangan emisi, dan PROPER mendorong kepatuhan serta inovasi perusahaan melalui regulasi berbasis insentif.

Kesimpulan

Dengan mengintegrasikan ketiganya, Indonesia mampu menurunkan emisi secara signifikan sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi yang ramah lingkungan. Sinergi ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan pasar adalah kunci dalam menciptakan masa depan yang lebih hijau, bersih, dan berkelanjutan.