Indonesia memiliki tingkat kecelakaan kerja yang cukup tinggi hal ini dibuktikan dari data BPS Ketenagakerjaan pada bulan Maret 2022 tercatat kecelakaan kerja sebanyak 61.805 kasus. Hal ini disebabkan karena kurangnya kewaspadaan dalam melakukan suatu pekerjaan yang memiliki risiko terjadi kecelakaan kerja. Kecelakaan kerja bukan yang berhubungan dengan mesin saja tetapi dalam perkantoran juga memiliki potensi kecelakaan kerja walaupun kemungkinan terjadinya rendah. Kecelakaan kerja memang tidak dapat dihindari karena seaman apapun tempat Anda bekerja, bahaya akan tetap ada. Akan tetapi, kecelakaan kerja dapat kita minimalisir terjadinya dengan melakukan identifikasi. Identifikasi yang dimaksud adalah melakukan identifikasi bahaya apa yang terjadi, dampak yang mungkin terjadi dari bahaya tersebut, penilaian risiko dan pengendalian control atau biasa disebut dengan HIRADC (Hazard Identification Risk Assessment Determining Control). Dengan adanya HIRADC, kita dapat mengetahui potensi bahaya dari tahapan proses kerja kita sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadi kecelakaan kerja.
Tahapan Pembuatan HIRADC
Pada PP No 50 Tahun 2012 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) dijelaskan bahwa suatu perusahaan harus melakukan identifikasi bahaya, penilaian risiko serta penentuan pengendalian bahaya yang dimana hal ini diwujudkan dengan pembuatan HIRADC. Bagi perusahaan yang menerapkan ISO 45001:2018, HIRADC merupakan persyaratan utama untuk pemenuhannya. Terdapat 4 tahapan dalam pembuatan HIRADC, yaitu :
- Tentukan Jenis Pekerjaan
Kegiatan HIRADC dibuat pada suatu situasi dimana terdapat bahaya yang signifikan, suatu keadaan yang tidak pasti pengendaliannya apakah sudah memadai dan suatu keadaan yang belum menerapkan tindakan korektif dan pencegahan. - Identifikasi Potensi Bahaya dan Risiko
Dengan melakukan identifikasi bahaya maka dapat mengetahui kemungkinan bahaya apa yang terjadi dalam suatu aktivitas. Aspek yang perlu diperhatikan dalam identifikasi bahaya adalah :
a. Kondisi operasi normal (N) : Pekerjaan sehari-hari dan sesuai prosedur
b. Kondisi operasi abnormal (A) : Pekerjaan diluar prosedur
c. Kondisi Rutin (R) : Pekerjaan yang dilakukan rutin selalu
d. Konsi Non Rutin (NR) : Pekerjaan yang tidak rutin atau jarang dilakukan
e. Kondisi darurat (EMG) : Keadaan yang sulit dikendalikan
Dari bahaya yang telah diidentifikasikan kita bisa mengetahui dampak apa yang terjadi atau yang ditimbulkan dari bahaya tersebut. - Penilaian Risiko
Penilaian risiko dibuat untuk menghitung besarnya suatu risiko yang terjadi dan menentukan tingkat risiko ditinjau dari kemungkinan terjadinya dan keparahan/dampak yang ditimbulkan. Berdasarkan peraturan AS/NZS 4360:1999 nilai tingkat risiko diperoleh dari perkalian antara kemungkinan (L) dikali dengan dampak (S). - Pengendalian Risiko
Bagian terakhir dari pembuatan HIRADC adalah melakukan pengendalian risiko. Berdasarkan penilaian risiko kemudian ditentukan apakah risiko tersebut masih bisa diterima (acceptable risk) atau tidak (unacceptable risk) oleh suatu organisasi. Apabila risiko tersebut tidak bisa diterima maka organisasi harus menetapkan bagaimana risiko tersebut ditangani hingga tingkat dimana risikonya paling minimum.
5 Tahapan Hirarki Pengendalian Risiko
Pengendalian risiko dapat menggunakan hirarki pengendalian yang terdapat pada ISO 45001:2018 klausul 8.1.2. Dalam ISO 45001:2018 terdapat 5 tahapan hirarki pengendalian yaitu:
- Eliminasi
Eliminasi merupakan puncak tertinggi dalam pengendalian risiko dimana pengendalian dengan cara menghilangan suatu bahaya, misalnya dengan membuang/memusnahkan bahan kimia yang tidak diperlukan lagi. - Substitusi
Metode yang dilakukan dengan cara mengganti suatu alat atau mesin atau hal lain yang memiliki risiko bahaya dengan suatu yang tidak memiliki bahaya atau berisiko lebih rendah. Misal mengganti cara kerja manual handling dengan cara mechanical handling. Proses substitusi ini dilakukan jika proses eliminasi sudah tidak bisa dilakukan lagi. - Rekayasa Teknik
Pengendalian risiko dengan merekayasa suatu alat atau bahan untuk memisahkan bahaya dengan pekerja agar mencegah terjadinya human error. Misal dengan memasang flashback arrestor pada saluran oksigen dan asetilin pada pekerjaan oxy cutting - Pengendalian Administratif
Metode ini berhubungan dengan proses non teknis seperti pembuatan prosedur kerja, pelatihan kerja, pemasangan tanda bahaya, dan pembatasan jam kerja. - Alat Pelindung Diri
Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) merupakan pengendalian tahap terakhir. Pengendalian ini tidak sebaik pada pengendalian-pengendalian di atas dan hanya memberi proteksi yang tergantung dari individu/proses dari masing-masing bagian. Misalnya penggunaan helm, safety gloves, safety shoes, dan safety goggle. Nah itu merupakan garis besar dari pembuatan HIRADC.
Anda dapat menerapkan HIRADC untuk mengurangi risiko kecelakan kerja pada perusahaan Anda. Bizplus.id sebagai jasa konsultasi ISO dapat membantu perusahaan Anda dalam proses pembuatan HIRADC sesuai dengan persyaratan ISO 45001:2018.
Penulis : RA